Pergumulan atau pergulatan saya dengan isu ini dimulai pada sekitar tahun 1993-an. Saya tidak ingat tahun berapa persisnya. Secara lebih khusus pergumulan saya dengan isu-isu Perempuan tersebut menyangkut kerja intelektual dalam bentuk reinterpretasi dan rekonstruksi pikiran-pikiran keagamaan mainstream. Ini adalah pergumulan yang kritis, menegangkan dan kontroversial. Dalam kebudayaan Masyarakat beragama di mana pun di dunia. tak terkecuali Indonesia, kritik wacana keagamaan masih menjadi masalah yang sangat sensitive dan tidak jarang membawa konflik baik secara internal maupun eksternal. Mengkritis pandangan keagamaan masih dipahami sebagai mengkritik agama dan menggugat Tuhan. Process internalisasi pikiran keagamaan yang terus menerus dan dikemas secara indoktrinasi oleh otoritas-otoritas sacral membawanya pada bentuk bukan hasil pikiran, melainkan menjadi agama. Tidak banyak orang yang dapat memahami bahwa agama dan wacana agama atau pemikiran keagamaan adalah dua hal yang berbeda. Agama selalu bersifat universal dan sakral, sementara wacana atau pemikiran keagamaan bersifat kontekstual dan profan. ..... Bagaimana agama memandang tentang relasi laki-laki dan perempuan? Dan apa peran agama untuk menyelesaikan persoalan tentang perempuan. Hal ini yang membuat titik focus penerbit, sebab memang isu ketidaksetaraan laki-laki dan Perempuan terus berkembang dan isu-isu pembelaan pada kaum Perempuan pun terus berlanjut. Ini menandakan bahwa ada sisi lain yang dapat menjadi solusi untuk mengurai isu-isu itu. Buku ini seolah membuka ruang-ruang social secara terbuka tentang pikiran-pikiran dunia Perempuan atau tingkat social dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan.