focus in
# 889729
USD 30.00 (Book in Stock, will be dispatched ASAP)
- +

Bergerak Dengan Kewajaran: Antologi Kedua Pemikiran Sudirman Said

Author :  Sudirman Said

Product Details

Country
Indonesia
Publisher
Penerbit Buku Kompas, Indonesia
ISBN 9786231606730
Format PaperBack
Language Bahasa Indonesia
Year of Publication 2024
Bib. Info liv, 436p. ; 21cm. Includes Index
Categories Sociology/Culture Studies
Product Weight 500 gms.
Shipping Charges(USD)

Product Description

MASIHKAH KATA “INDONESIA” DIHUNI OLEH CITA-CITA LUHUR BANGSA? Pada Konferensi Hukum Nasional 2023, seorang hakim MK ‘Mahkamah Konstitusi’ berkata, di seluruh sektor peri-kehidupan dan peri-kebangsaan, terindikasi bahwa saat ini kita tengah bergerak menjauh dari amanat cita-cita luhur sebagaimana termaktub di alinea terakhir Preambule UUD 1945 itu. “Saya sebetulnya datang ke sini agak malu. Kenapa saya pakai baju hitam? Saya sebagai hakim MK sedang berkabung. Karena, di MK baru saja terjadi prahara,” ungkapnya. Malu (hiri), bagi para pelaku kewajaran, adalah benteng etik sekaligus alarm mitigasi penangkis virus-virus ketidakwajaran. Malu bahkan menjadi garis-pembeda tegas antara manusia dengan binatang, karena benteng malu terbangun dari “batu-batu mulia” macam akal-budi, harkat, martabat, kehormatan, keluhuran, etika, moral, norma, susila, kepatutan, dsb. Tuna-malu (ahirika), dengan demikian, jadi searsiran dengan tuna-susila, tunabudi, hingga bukan-manusia. Etik malu diajarkan di hampir seluruh budaya bangsa kita. Bukankah misi utama dari sekian agama dan nabi pun adalah juga menegakkan etik malu via menempa manusia agar jadi pribadi-pribadi berkewajaran? Kewajaran, lebih dari anugerah, merupakan hasil dari gladi-latih. Bukanlah kewajaran namanya jika ia hanya berhenti dan berpuas pada, apalagi dimaknai sebagai, kata-kata semata. Ia harus sampai pada manifestasi: aksi nyata.

Product added to Cart
Copied